Selasa, 16 Desember 2008



Sejarah Singkat
Dari hasil penelitian sejarah, Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5 Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang menjalankan Pemerintahan berdasarkan Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang diperingati setiap tahun.

Bukti-bukti sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di dusun Padende Kecamatan Donggo menunjukkan bahwa daerah ini sudah lama dihuni manusia.

Dalam sejarah kebudayaan penduduk Indonesia terbagi atas bangsa Melayu Purba dan bangsa Melayu baru. Demikian pula halnya dengan penduduk yang mendiami Daerah Kabupaten Bima, mereka yang menyebut dirinya Dou Mbojo, Dou Donggo yang mendiami kawasan pesisir pantai.

Disamping penduduk asli, juga terdapat penduduk pendatang yang berasal dari Sulawesi Selatan, Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Dalam sejarah Bima disebutkan bahwa kerajaan Bima dahulu terpecah –pecah dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang menguasai lima wilayah yaitu :
1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah
2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan
3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat
4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara
5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur.

Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, saling hormat menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Dari kelima Ncuhi tersebut, yang bertindak selaku pemimpin dari Ncuhi lainnya adalah Ncuhi Dara.

Pada masa-masa berikutnya, para Ncuhi ini dipersatukan oleh seorang utusan yang berasal dari Jawa. Menurut legenda yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat Bima. Cikal bakal Kerajaan Bima adalah Maharaja Pandu Dewata yang mempunyai 5 orang putra yaitu :
1. Darmawangsa
2. Sang Bima
3. Sang Arjuna
4. Sang Kula
5. Sang Dewa.

Salah seorang dari lima bersaudara ini yakni Sang Bima berlayar ke arah timur dan mendarat disebuah pulau kecil disebelah utara Kecamatan Sanggar yang bernama Satonda.

Sang Bima inilah yang mempersatukan kelima Ncuhi dalam satu kerajaan yakni Kerajaan Bima, dan Sang Bima sebagai raja pertama bergelar Sangaji. Sejak saat itulah Bima menjadi sebuah kerajaan yang berdasarkan Hadat, dan saat itu pulalah Hadat Kerajaan Bima ditetapkan berlaku bagi seluruh rakyat tanpa kecuali. Hadat ini berlaku terus menerus dan mengalami perubahan pada masa pemerintahan raja Ma Wa’a Bilmana.

Setelah menanamkan sendi-sendi dasar pemerintahan berdasarkan Hadat, Sang Bima meninggalkan Kerajaan Bima menuju timur, tahta kerajaan selanjutnya diserahkan kepada Ncuhi Dara hingga putra Sang Bima yang bernama Indra Zamrud sebagai pewaris tahta datang kembali ke Bima pada abad XIV/ XV.

Beberapa perubahan Pemerintahan yang semula berdasarkan Hadat ketika pemerintahan Raja Ma Wa’a Bilmana adalah :
- Istilah Tureli Nggampo diganti dengan istilah Raja Bicara.
- Tahta Kerajaan yang seharusnya diduduki oleh garis lurus keturunan raja sempat diduduki oleh yang bukan garis lurus keturunan raja. Perubahan yang melanggar Hadat ini terjadi dengan diangkatnya adik kandung Raja Ma Wa’a Bilmana yaitu Manggampo Donggo yang menjabat Raja Bicara untuk menduduki tahta kerajaan. Pada saat pengukuhan Manggampo Donggo sebagai raja dilakukan dengan sumpah bahwa keturunannya tetap sebagai Raja sementara keturunan Raja Ma Wa’a Bilmana sebagai Raja Bicara.
Kebijaksanaan ini dilakukan Raja Ma Wa’a Bilmana karena keadaan rakyat pada saat itu sangat memprihatinkan, kemiskinan merajalela, perampokan dimana-mana sehingga rakyat sangat menderita. Keadaan yang memprihatinkan ini hanya bisa di atasi oleh Raja Bicara. Akan tetapi karena berbagai kekacauan tersebut tidak mampu juga diatasi oleh Manggampo Donggo akhirnya tahta kerajaan kembali di ambil alih oleh Raja Ma Wa’a Bilmana.

Kira-kira pada awal abad ke XVI Kerajaan Bima mendapat pengaruh Islam dengan raja pertamanya Sultan Abdul Kahir yang penobatannya tanggal 5 Juli tahun 1640 M. Pada masa ini susunan dan penyelenggaraan pemerintahan disesuaikan dengan tata pemerintahan Kerajaan Goa yang memberi pengaruh besar terhadap masuknya Agama Islam di Bima. Gelar Ncuhi diganti menjadi Galarang (Kepala Desa). Struktur Pemerintahan diganti berdasarkan Majelis Hadat yang terdiri atas unsur Hadat, unsur Sara dan Majelis Hukum yang mengemban tugas pelaksanaan hukum Islam. Dalam penyelenggaraan pemerintahan ini Sultan dibantu Oleh :
1. Majelis Tureli ( Dewan Menteri ) yang terdiri dari Tureli Bolo, Woha, Belo, Sakuru, Parado dan Tureli Donggo yang dipimpin oleh Tureli Nggampo/ Raja Bicara.
2. Majelis Hadat yang dikepalai oleh Kepala Hadat yang bergelar Bumi Lumah Rasa NaE dibantu oleh Bumi Lumah Bolo. Majelis Hadat ini beranggotakan 12 orang dan merupakan wakil rakyat yang menggantikan hak Ncuhi untuk mengangkat/ melantik atau memberhentikan Sultan.
3. Majelis Agama dikepalai oleh seorang Qadhi ( Imam Kerajaan ) yang beranggotakan 4 orang Khotib Pusat yang dibantu oleh 17 orang Lebe Na’E.

POSISI GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH
Kabupaten Bima merupakan salah satu Daerah Otonom di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak diujung timur dari Pulau Sumbawa bersebelahan dengan Kota Bima (pecahan dari Kota Bima). Secara geografis Kabupaten Bima berada pada posisi 117°40” - 119°10” Bujur Timur dan 70°30” Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Flores
- Sebelah Timur : Selat Sape
- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
- Sebelah Barat : Kabupaten Dompu
Secara topografis wilayah Kabupaten Bima sebagian besar (70%) merupakan dataran tinggi bertekstur pegunungan sementara sisanya (30%) adalah dataran. Sekitar 14% dari proporsi dataran rendah tersebut merupakan areal persawahan dan lebih dan separuh merupakan lahan kering. Oleh karena keterbatasan lahan pertanian seperti itu dan dikaitkan pertumbuhan penduduk kedepan, akan menyebabkan daya dukung lahan semakin sempit. Konsekuensinya diperlukan transformasi dan reorientasi basis ekonomi dari pertanian tradisional ke pertanian wirausaha dan sektor industri kecil dan perdagangan. Dilihat dari ketinggian dari permukaàn laut, Kecamatan Donggo merupakan daerah tertinggi dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut, sedangkan daerah yang terendah adalah Kecamatan Sape dan Sanggar yang mencapai ketinggian hanya 5 m dari permukaan laut.
Di Kabupaten Bima terdapat empat buah gunung yakni Gunung Tambora di Kecamatan Tambora, Gunung Sangiang di Kecamatan Wera, Gunung Maria di Kecarnatan Wawo. dan yang tertinggi adalah Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo dengan ketinggian 4.775 m.

Luas wilayah setelah pembentukan Daerah Kota Bima berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 2002 adalah seluas 437.465 Ha atau 4.394,38 Km² (sebelum pemekaran 459.690 Ha atau 4.596,90 Km²), dengan jumlah penduduk 419.302 jiwa dengan kepadatan rata-rata 96 jiwa/Km².

Wilayah Kabupaten Bima beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan relatif pendek. Keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58.75 mm, maka dapat disimpulkan Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai.Curah hujan tertinggi pada bulan Februari tercatat 171 mm dengan hari hujan selama 15 hari dan musim kering terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September dimana tidak tejadi hujan. Kabupaten Bima pada umumnya memiliki drainase yang tergenang dan tidak tergenang. Pengaruh pasang surut hanya seluas 1.085 Ha atau 0,02% dengan lokasi terbesar diwilayah pesisir pantai. Sedangkan luas lokasi yang tergenang terus menerus adalah seluas 194 Ha. yaitu wilayah Dam Roka, Dam Sumi dan Dam Pelaparado. Sedangkan Wilayah yang tidak pernah tergenang di Kabupaten Bima adalah seluas 457.989 Ha.

Sabtu, 22 November 2008

Suasana Rapat Koordinasi Formasi Jogja

rapat koordinasi anggota formasi,,,,!!!!!

Jumat, 18 Juli 2008


"Rimpu",,,jaman dulu orang Bima kalo pergi pakaiannya kaya gini..(misterius bgt ya!!!). tapi itulah kebudayaan Bima..namun udah jarang yang make beginian gak tw kenapa!!!

Daerah pinggir pantainya nh.!!!,,,(ombo ompu awa daru)


Tampak: anak-anak sedang mencari kerang (tire, bima-)..."sama la'bo d'a bajo???


Karna sebagian besar wilayah Sila adalah persawahan,,,jadi jangan heran kalo banyak tempat kaya gini...!!!(tolo mango)

Baju adat Bima...!!!


"Tari Kanja"...merupakan tarian perang yang juga salah satu tarian khas daerah Bima...!!

"ASI mbojo"....istana kesultanan Bima,,sekarang dah jadi museum kesultanan dan jadi kebanggaan rakyat Bima..!!!

Senin, 14 Juli 2008

Baksos Formasi Jogja & Tim KKN UII


Sebagai realisasidari fungsi FORMASI sebagai organisasi perjuangan dan amal, pada tanggal 28 mei 2008, FORMASI bekerjasama dengan tim KKN UII 2008 mengadakan bakti sosial (baksos) di Desa Sidomoyo, Pedukuhan Pete, Godean.
Kegiatan baksos tersebut berupa bazar pakaian murah, yang hasil penjualannya di sumbangkan ke mesjid al Mustaqim dan musholla Uswatun Khasanah, Desa Sidomoyo, Godean. Kegiatan tersebut cukup disambut gembira oleh masyarakat sana, hal itu terlihat dari animo masyarakat yang begitu antusias mengikuti acara tersebut. Disini masyarakat bisa membeli pakaian yang masih layak pakai dengan harga yang sangat murah di tengah meroketnya harga- haraga kebutuhan pokok,,,Well,mudah-mudahan kedepannya FORMASI akan tetap tetap seperti ini,,, peduli dan berbagi.

Anom Bima Prasetya

Senin, 02 Juni 2008

100 Tahun Kebangkitan Nasional


100 tahun kebangkitan nasional sudah diperingati. banyak stasiun tv menayangkan siaran langsung tersebut dan tidak lupa suasana gembira menyelimuti perayaan tersebut,,,tapi rasanya janggal kalau kita hanya melihat sisi ini tanpa melihat apa dan bagaimana sebenarnya keadaan yang terjadi diluar sana,,apa sih kebangkitan nasional???pasti sebagian orang belum tahu makna dari kebangkitan nasional itu sendiri,,mengapa demikian?karena mereka belum merasakan makna yang sebenarnya dari kebangkitan nasional.
Kebangkitan nasional merupakan ajang bagi kita sebagai generasi bangsa untuk menunjukkan rasa solidarisme dan optimisme kita sebagai jiwa penerus untuk membuat indonesia semakin maju di mata dunia. Dengan ini kami anak-anak FORMASI ingin memulai untuk menunjukkan eksistensi kami dalam hal berorganisasi...Mungkin dengan beginilah cara kami untuk dapat membuat sedikit sokongan bagi negeri ini untuk lebih bersatu agar tercipta rasa saling memiliki dan jiwa pemersatu...

Sabtu, 31 Mei 2008

Balanced Talk & Action

Balanced talk & action berarti adanya keseimbangan antara berbicara dan aksi. Keseimbangan ini hanya kita sendiri yang dapat mengukur kadarnya, apakah hari ini kita merasa terlalu banyak bicara dfalam rapat??terlalu banyak mengatur dan memberi pengarahan macam-macam??kalau iya,, maka besok kita lakukan perbuatan nyata (beraksilah). Hal ini merupakan sesuatu yang ideal,tetapi yang menjadi permasalahan sekarang apkah kita sudah melakukan balance talk & action??atau memang kita lebih banyak berbicara daripada bertindak!!!
Hal ini merupakan fenomena yang cukup menarik, apalagi sekarang merupakan era demokrasi dimana orang bebas berbicara, tetapi apakah hanya bicara tanpa di barengi tindakan dan bukti nyata lebih efektif dan ada manfaatnya??jawabannya tergantung pada diri kita masing-masing, tetapi sekedar mengingatkan, mengutip kata- kata orang bijak "tanpa tindakan nyata dan kerja keras, kata-kata kehilangan maknanya"..maka sudah seharusnya seseorang tidak hanya pintar berbicara dan memberi nasihat kepada orang lain, tetapi dia harus bisa mengerjakan dan merealisasikan ucapan dan kata-katanya dalam bentuk tindakan konkret
Untuk itu dengan kembali eksisnya FORMASI, saatnyalah kita melatih diri agar mampu eksis dalam realitas, dan yang terpenting ada keseimbangan antara berbicara & aksi (balanced talk & action)

Purnamawati M. Dahlan